Kamis, 02 Februari 2017

Contoh Analisis Wacana: Pelanggaran Maksim pada Acara Katakan Putus



PELANGGARAN MAKSIM PADA ACARA KATAKAN PUTUS:
Analisis Wacana Dialog
oleh:
Elsan Nasrillah

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelanggaran maksim suatu tuturan, mendeskripsikan jenis tindak tutur yang muncul akibat pelanggaran maksim, dan mendeskripsikan maksud dari tuturan yang melanggar maksim di acara Katakan Putus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan menganalisis percakapan yang menjadi objek analisis. Hasil pembahasan menemukan bahwa dalam tuturan di acara Katakan Putus terjadi pelanggaran maksim, yaitu maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Jenis tindak tutur yang muncul akibat pelanggaran maksim tersebut yaitu tindak tutur asertif dan tindak tutur ekspresif. Sementara itu, maksud dari tuturan yang melanggar maksim tersebut adalah memberitahu, membual, menuduh, dan menyanggah.

Kata Kunci: prinsip kerja sama, maksim, tindak tutur.

         Pendahuluan
Televisi adalah media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserampakan, dan komunikasinya bersifat heterogen (Effendy, 2002, hlm. 21). Televisi yang merupakan salah satu media komunikasi massa harus menghadirkan sesuatu yang benar sesuai dengan norma-norma kehidupan dan benar sesuai kaidah bahasa. Karena sebagai media komunikasi massa, televisi akan disaksikan oleh masyarakat umum dan sebagian besar menjadikannya sebagai “tuhan kedua”.

Merujuk data yang pernah dikeluarkan Badan Pusat Statisitik (BPS) pada tahun 2012 dijelaskan bahwa sebanyak 91,68 persen penduduk yang berusia 10 tahun ke atas menyukai menonton televisi. Maka dari itu, televisi haruslah menyediakan informasi dan tontonan yang berkualitas.

Perkembangan acara di televisi saat ini memiliki ragam variasi acara yang ditayangkan, salah satunya adalah acara reality show. Pada saat ini ada sebuah reality show yang sedang disenangi oleh pemirsa yaitu acara Katakan Putus. Acara tersebut biasanya menarik penonton dari kalangan remaja. Dalam acara tersebut tak jarang menggunakan bahasa yang tidak sesuai dengan kaidah ejaan bahasa Indonesia. Pelanggaran tersebut biasanya dilakukan untuk menyatakan informasi bisa berupa memerintah, memohon,  mengancam, menasihati dan lain sebagainya. Maka dari itu, saya tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Tindak Tutur yang Muncul sebagai Dampak dari Pelanggaran Maksim pada Acara Katakan Putus”.

Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, untuk mengidentifikasi tuturan yang melanggar maksim di acara Katakan Putus. Kedua, untuk menemukan jenis tindak tutur yang muncul akibat pelanggaran maksim. Dan Ketiga, untuk menemukan maksud tuturan yang melanggar maksim tersebut.

         Landasan Teoretis
Teori prinsip kerja sama dalam sebuah tuturan dikemukakan oleh dua orang ahli, yaitu Grice dan Levinson. Grice mengemukakan bahwa prinsip kerja sama merupakan kaidah bertutur yang berisi sejumlah tuntunan bagaimana seharusnya seseorang bertutur. Sementara itu, Levinson menyatakan bahwa prinsip kerja sama dengan sejumlah maksimnya mengkhususkan pada hal yang dapat diperbuat oleh peserta tutur untuk bertutur dngan cara yang efisien, rasional, dan kooperatif.

Pada penelitian ini mengacu pada teori prinsip kerja sama dari Grice karena teori tersebut lebih sederhana, sehingga mudah diaplikasikan dalam proses penelitian wacana dialog ini.

Menurut Grice (Cummings, 2007, hlm. 13), dalam sebuah tuturan, penutur tidak cukup hanya bermaksud menyebabkan efek tertentu pada pendengarnya melalui penggunaan ujarannya: malahan, efek ini hanya dapat dicapai dengan tepat apabila maksud untuk menghasilkan efek ini diketahui oleh pendengar. Agar pendengar dapat sampai pada interpretasi yang dimaksudkan terhadap ujaran penutur, pendengar minimal harus bisa berasumsi bahwa penutur sedang bersikap penuh kerjasama dalam percakapan yang sedang berlangsung.

Kerjasama membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita sendiri terhadap percakapan dan bagaimana kita mulai menginterpretasikan kontribusi-kontribusi orang lain. Dalmam prinsip kerjasama terdapat rangkaian empat maksim. Levinson (Cummings, 2007, hlm. 15) mengemukakan maksim-maksim tersebut sebagai berikut:
1.             Maksim kualitas
Usahakan memberi kontribusi yang benar, khususnya:
a.              tidak mengatakan apa yang Anda yakini salah; dan
b.             tidak mengatakan sesuatu buktinya tidak Anda miliki secara memadai.
2.             Maksim Kuantitas
a.              Berikan kontribusi Anda sebagai kontribusi yang dapat memberikan informasi sebagaimana yang diperlukan untuk tujuan-tujuan pertukaran percakapan yang ada; dan
b.             Jangan memberikan kontribusi yang lebih informatif dari yang diperlukan.
3.             Maksim Relevansi
Buatlah kontribusi Anda relevan.
4.             Maksim Cara
Bersikaplah agar mudah dipahami, dan khususnya:
a.              hindari ketidakjelasan;
b.             hindari ketaksaan;
c.              jangan berbelit-belit; dan
d.             bersikaplah teratur.

Maksim-maksim di atas menetapkan apa yang harus dilakukan oleh para partisipan agar dapat bercakap-cakap dengan cara yang efisien, rasional dan penuh kerjasama. Penutur dan mitra tutur harus bertutur dengan tulus, relevan dan jelas, sembari memberikan informasi yang memadai.

Untuk menyatakan maksud dari sebuah bahasa dapat terlihat dari tindak tuturnya. Tindak tutur biasanya menggunakan verba performatif. Menurut Djajasudarma (2006, hlm. 62), verba performatif  merupakan verba yang dapat digunakan untuk menunjukkan aksi atau tindakan. Berdasarkan jenis verba performatifnya, tindak tutur dibedakan menjadi lima, yaitu tindak tutur asertif (assertives) atau representatif (representatives), tindak tutur direktif (directives),  tindak tutur ekspresif (expressives), tindak tutur komisif (commisives), dan tindak tutur deklaratif (declarations).

          Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena penulis menekankan catatan atau data yang sebenarnya (tampak) guna mendukung penyajian data. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan menganalisis percakapan yang menjadi objek analisis, sehingga dapat ditemukan pelanggaran maksim, jenis tindak tutur, dan maksud tuturan yang terdapat dalam acara Katakan Putus.

Sumber data pada penelian ini adalah tuturan yang diucapkan oleh orang-orang yang terlibat dalam acara Katakan Putus episode Cowok Matre Kejebak yang diunduh dari media You Tube. Tahap pengumpulan data dilakukan melalui metode simak dan catat. Analisis data dalam penelitian ini meliputi tiga hal, yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.

          Pembahasan
1.             Pelanggaran maksim kualitas
Tuturan 1
Bella:       hai, gais! Nama gue Bella. Gue punya pacar namanya Martin dan kita udah pacaran lima bulan. Tapi gue kesel banget nih sama si Martin. Dia tuh sering main ke rumah si Santi. Gue tuh kesel banget sama si Santi. Gue benci sama dia. Karena dari dulu tuh dia selalu ngerebut cowo gue dan sekarang dia ngerebut Martin lagi dari gue. Si Santi tuh tetangga gue. Di sebelah rumah gue tuh si Santi dan satu sekolah sama gue.

Konteks: Dalam sebuah video, Bella menceritakan masalahnya kepada tim katakan putus.

Tuturan yang disampaikan oleh Bella yang bercetak tebal menimbulkan pelanggaran maksim kualitas. Bentuk pelanggaran tersebut dikarenakan Bella menuturkan sesuatu yang belum diketahui kebenarannya. Meskipun telah ada kejadian sebelumnya yakni Santi pernah merebut pacar Bella, belum tentu Santi merebut pacar Bella lagi. Dan Bella pun tidak memiliki bukti apapun tentang apa yang dituturkanya.

Tindak tutur yang muncul dari pelanggaran maksim pada tuturan Bella di atas adalah tindak tutur asertif karena tuturan yang disampaikan oleh Bella mengikat penutur/Bella pada kebenaran proposisi yang diungkapkannya. Maksud tuturan yang melanggar maksim di atas adalah menuduh. Tuturan tersebut mengimplikasikan bahwa Bella menuduh Santi telah merebut Martin.

Tuturan 2
Bella:       iya, ada cewek yang nelpon aku gitu ya. Terus aku emang yakin banget kalau yang ngelakuin itu tuh dia. Dan aku yakin tuh Santi yang neror aku. Dia bilangnya tuh dia tunangan Martin.
 
Konteks: Bella sedang menceritakan masalahnya kepada tim katakan putus.

Tuturan yang disampaikan oleh Bella menimbulkan pelanggaran maksim kualitas. Bentuk pelanggaran tersebut dikarenakan Bella menuturkan sesuatu yang belum diketahui kebenarannya. Meskipun Bella merasa yakin bahwa yang meneror dirinya adalah Santi tapi tetap saja hal tersebut belum ada bukti kebenarannya.

Tindak tutur yang muncul dari pelanggaran maksim pada tuturan Bella di atas adalah tindak tutur asertif karena tuturan yang disampaikan oleh Bella mengikat penutur/Bella pada kebenaran proposisi yang diungkapkannya. Maksud tuturan yang melanggar maksim di atas adalah menuduh. Tuturan tersebut mengimplikasikan bahwa Bella menuduh Santi yang telah menelepon dan meneror dirinya.

2.             Pelanggaran makssim kuantitas
Tuturan 3
Bella:   si Santi tuh tetangga gue. Di sebelah rumah gue tuh si Santi dan satu sekolah sama gue.

Konteks: Bella sedang menceritakan masalahnya kepada tim katakan putus.

Tuturan yang disampaikan oleh Bella yang bercetak tebal menimbulkan pelanggaran maksim kuantitas. Bentuk pelanggaran tersebut dikarenakan Bella menuturkan sesuatu yang sebenarnya tak perlu diutarakan. Karena saat Bella hanya menuturkan “tetangga” sudah dapat diketahui bahwa orang tersebut ada di sebelah rumahnya.

Tindak tutur yang muncul dari pelanggaran maksim pada tuturan Bella di atas adalah tindak tutur asertif karena tuturan yang disampaikan oleh Bella mengikat penutur/Bella pada kebenaran proposisi yang diungkapkannya. Maksud tuturan yang melanggar maksim di atas adalah memberitahu. Tuturan tersebut mengimplikasikan bahwa Bella ingin memberitahu dan menegaskan kepada Gigi dan Komo bahwa Santi dan Bella merupakan tetangga.

Tuturan 4
Gigi:         lo punya masa lalu yang buruk lah gitu ya sama dia?
Bella:       iya, makanya aku takut tuh, Martin tuh jadi suka juga sama dia. Apalagi coba ka lihat video tuh sampai ngasih-ngasih handphone gitu, kan kayak nyogok gitu kan.
Gigi:         emang lo tahu sendiri gitu kalau si Santi ini kenal sama Martin dari mana? Terus udah gitu. (terpotong tuturan Bella)
Bella:       oh, kalau itu aku gak tahu.

Konteks: Gigi dan Komo bertemu Bella untuk mengetahui masalah yang dimilki oleh Bella.

Tuturan yang disampaikan oleh Bella yang bercetak tebal menimbulkan pelanggaran maksim kuantitas. Bentuk pelanggaran tersebut dikarenakan Bella terlalu banyak menuturkan sesuatu yang sebenarnya tak perlu diutarakan untuk menjawab pertanyaan dari Gigi. Setelah tuturan Bella tersebut juga, Gigi tidak menanggapi lanjut apa yang dituturkan Bella. Gigi malah bertanya hal yang lain. Itu berarti tuturan Bella tersebut tidak terlalu dibutuhkan.

Tindak tutur yang muncul dari pelanggaran maksim pada tuturan Bella di atas adalah tindak tutur asertif karena tuturan yang disampaikan oleh Bella mengikat penutur/Bella pada kebenaran proposisi yang diungkapkannya. Maksud tuturan yang melanggar maksim di atas adalah memberitahu. Tuturan tersebut mengimplikasikan bahwa Bella ingin memberitahu dan meyakinkan kepada Gigi bahwa ada hubungan antara Sinta dan Martin.

3.             Pelanggaran maksim relevansi
Tuturan 5
Komo:      oke, gue tahu lo punya cerita yang enggak enak sebelumnya sama tetangga lu Santi ini gitu. Tapi di sini, semua tuduhan lu arahin ke dia tapi kita tidak mempunyai bukti dan juga fakta. Maksud gue di sini, emang lu tetanggaan juga, lu dulunya juga pernah bersahabat, kenapa lu gak nanya langsung aja ke dia?
Bella:       apa? aku nanya ke dia? Enggak, enggak, enggak. Aku gak mau ketemu sama dia. ogah banget aku.
Komo:      ya, kenapa?
Bella:       enggak, enggak, enggak.

Konteks: Komo penasaran, kalau memang Bella dan Santi merupakan tetangga dan dahulunya merupakan sahabat, kenapa Bella tidak bertanya langsung kepada Santi.

Tuturan yang disampaikan oleh Bella yang bercetak tebal menimbulkan pelanggaran maksim relevansi. Bentuk pelanggaran tersebut dikarenakan tuturan Bella tidak berhubungan dengan tuturan sebelumnya (pertanyaan Komo). Bella harusnya menuturkan sesuatu sebagai jawaban dari “kenapa”.

Tindak tutur yang muncul dari pelanggaran maksim pada tuturan Bella di atas adalah tindak tutur asertif. Maksud tuturan yang melanggar maksim di atas adalah menyanggah. Tuturan tersebut mengimplikasikan bahwa Bella berusaha menyanggah, karena dalam benak Bella, Komo menginginkan agar Bella bertanya langsung kepada Santi. Meski pada dasarnya Komo hanya bertanya. Hal tersebut terjadi karena rasa benci Bella terhadap Santi, sehingga Santi tidak mau bertemu dengan Santi.
 
Tuturan 6
Bella:                    ini lo siapa? Maksud lo apa neror-neror gue?
Temen Martin:     itu baru permulaan ya, Bella. Entar gue bakalan kirim yang lebih lagi dari itu.
Konteks: seorang perempuan yang merupakan teman Martin disuruh Martin untuk menelepon Bella. Perempuan itu merupakan orang yang selama ini neror Bella, atas perintah dari Martin.

Tuturan yang disampaikan oleh teman Martin yang bercetak tebal menimbulkan pelanggaran maksim relevansi. Bentuk pelanggaran tersebut dikarenakan tuturan teman Martin tidak berhubungan dengan apa yang dituturkan Bella sebelumnya. Pada dasarnya, ketika seseorang bertanya pasti seseorang lainnya akan memberi jawaban. Tapi di sini, ketika Bella bertanya, teman Martin malah mengatakan apa yang tidak ditanyakan oleh Bella.

Tindak tutur yang muncul dari pelanggaran maksim pada tuturan Bella di atas adalah tindak tutur asertif karena tuturan yang disampaikan oleh Bella mengikat penutur/Bella pada kebenaran proposisi yang diungkapkannya. Maksud tuturan yang melanggar maksim di atas adalah memberitahu. Tuturan tersebut mengimplikasikan bahwa teman Martin ingin memberitahu dan menegaskan kepada Bella bahwa apa yang dilakukannya baaru permulaan. Teman Martin akan berbuat yang lebih lagi (awalnya hanya mengirim video seram). Maksud memberitahu di sini lebih kepada menyatakan sesuatu dengan maksud menakut-nakuti.

4.             Pelanggaran maksim cara
Tuturan 7
Bella:       lo itu ada hubungan apa sih sama Martin?
Santi:       ko lo bisa bilang kaya gitu?
Bella:       ya kan secara lo kalau gue tu pacaran sama dia.
Santi:       Martin yang ngedeketin gue duluan bukan gue.

Konteks: Bella mendatangi Santi untuk bertanya tentang hubungan Santi dengan Martin.

Pada percakapan di atas, tuturan yang disampaikan oleh Santi yang bercetak tebal menimbulkan pelanggaran maksim cara. Bentuk pelanggaran tersebut dikarenakan tuturan Santi tidak sesuai dengan tuturan Bella sebelumnya. Pada dasarnya ketika seseorang bertanya pasti seseorang lainnya akan memberi jawaban. Tapi di sini, Santi malah bertanya balik pada Bella.

Tindak tutur yang muncul dari pelanggaran maksim pada tuturan Santi di atas adalah tindak tutur ekspresif. Maksud tuturan yang melanggar maksim di atas adalah menyanggah. Tuturan tersebut secara tidak langsung memperlihatkan bahwa Santi berusaha menyanggah pertanyaan dari Bella.  

Tuturan 8
Bella:       soalnya kamu tuh ngilang.
Martin:     ngilang? oh mungkin aku lagi di jalan atau di mana gitu.
Bella:        masa sih di jalan mulu? beberapa minggu ini aku selalu ngehubungi kamu tuh gak bisa. Masa kamu di jalan terus?
Martin:     ya, aku mungkin lagi ada di kuliah, di kelas atau apa gitu. Jadi suara handphone tuh gak kedengeran.

Konteks: Bella mendatangi Martin untuk menanyakan kenapa akhir-akhir ini sulit dihubungi.

Percakapan di atas melanggar maksim cara. Bentuk pelanggaran tersebut dikarenakan tuturan Martin cenderung berbelit-belit dan hampir tidak jelas. Tindak tutur yang muncul dari pelanggaran maksim pada tuturan Martin di atas adalah tindak tutur asertif. Maksud tuturan yang melanggar maksim di atas adalah membual. Di sini Martin menyatakan alasan kenapa sulit dihubungi oleh Bella. Dan jika diperhatikan, Martin berusaha membohongi Bella.

         Simpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) pelanggaran maksim yang terdapat dalam tuturan di acara Katakan Putus  meliputi pelanggaran maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim relevansi, dan maksim cara; 2) jenis tindak tutur yang muncul akibat pelanggaran maksim tersebut yaitu tindak tutur asertif dan tindak tutur ekspresif; dan 3) maksud dari tuturan yang melanggar maksim tersebut adalah maksud untuk memberitahu, membual, menuduh, dan menyanggah.

     Daftar Pustaka
Cummings, Louise. (2007). Pragmatik: sebuah perspektif multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Djajasudarma, T. Fatimah. (2006). Wacana: pemahaman dan hubungan antarunsur. Bandung: Refika Aditama.
Effendy, Onong Uchjana. (2000). Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar