Rabu, 01 Februari 2017

Seluk Beluk Kalimat Efektif



Masih banyak orang yang belum faham kalimat efektif. Sehingga kalimat-kalimat tidak efektif masih sering digunakan dalam kehidupan, bahkan dalam dunia pendidikanpun kalimat tidak efektif masih susah untuk dihindari. Terlebih dalam bahasa lisan, kalimat tidak efektif sering kali digunakan. Salah satu cara agar kita terhindar dari penggunaan kalimat tidak efektif, kita harus mengenali terlebih dahulu apa itu kalimat efektif.
Menurut Badudu (Putrayasa, 2009, hlm. 1), kalimat efektif ialah kalimat yang baik karena apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si pembicara (si penulis dalam bahasa tulis) dapat diterima dan dipahami oleh pendengar (pembaca dalam bahasa tulis) sama benar dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh si penutur atau si penulis. Jadi, kalimat efektif adalah kalimat yang mampu menyampaikan informasi secara sempurna. Selain, informasi yang disampaikan harus jelas, kalimat efektif juga harus memiliki unsur-unsur kalimat yang lengkap. Kalimat dikatakan memiliki unsur yang lengkap jika sekurang kurangnya mengandung unsur subjek (S) dan unsur predikat (P).
Ciri-ciri kalimat efektif menurut Putrayasa (2009, hlm. 54) yaitu sebagai berikut.
1.          Kesatuan
Sebuah kalimat yang efektif harus memiliki subjek, predikat, serta unsur-unsur lain (objek, pelengkap dan keterangan) yang saling mendukung serta membentuk kesatuan tunggal.
2.          Kehematan
Kehematan adalah adanya hubungan jumlah kata yang digunakan dengan luasnya jangkauan makna yang diacu. Kalimat efektif tidak boleh menggunakan kata-kata yang tidak perlu.
3.           Penekanan
Penekanan dalam kalimat adalah upaya pemberian aksentuasi, pementingan atau pemusatan perhatian pada salah satu unsur atau bagian kalimat, agar unsur atau bagian kalimat yang diberi penegasan itu lebih mendapat perhatian dari pendengar dan pembaca.
4.           Kesejajaran
Kalimat efektif memiliki kesamaan bentuk/imbuhan. Jika bagian kalimat itu menggunakan kata kerja berimbuhan meN-, maka bagian yang lainnya pun harus menggunakan kata kerja berimbuhan meN- pula.
5.          Kelogisan
Kalimat efektif harus mudah dipahami. Hubungan antar unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.

Faktor penyebab ketidakefektifan kalimat menurut Putrayasa (2009, hlm. 95) adalah sebagai berikut.
1.          Kontaminasi atau kerancuan
Kontaminasi adalah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa indonesia diistilahkan dengan kerancuan. Kalimat yang rancu berarti kalimat yang kacau atau kalimat yang susunannya tidak teratur sehingga informasinya sulit dipahami.
2.          Pleonasme
Pleonasme berarti pemakaian kata yang berlebihan. Ada yang menggunakan dua kata yang searti yang sebenarnya tidak perlu karena menggunakan salah satu di antara kedua kata itu sudahcukup. Ada penggunaan unsur yang berlebih karena pengaruh bahasa asing. Ada pula kelebihan penggunaan unsur itu karena ketidaktahuan si pemakai bahasa.
3.           Ambiguitas atau keambiguan
Kalimat yang memenuhi ketentuan tata bahasa, tetapi masih menimbulkan tafsiran ganda (ambigu) tidak termasuk kalimat yang efektif.
4.          Ketidakjelasan unsur inti kalimat
Kalimat yang baik harus mengandung unsur-unsur yang lengkap, sekurang-kurangnya harus ada dua unsur, yaitu subjek dan predikat.
5.          Kemubaziran preposisi dan kata
Ketidakefektifan kalimat sering disebabkan oleh pemakaian kata depan (preposisi) yang tidak perlu.
6.          Kesalahan logika/nalar
Logika menentukan apakah kalimat yang kita tuturkan adalah kalimat yang logis atau tidak. Nalar ialah aktivitas yang memungkinkan seseorang untuk berpikir logis. Pikiran yang logis ialah pikiran yang masuk akal yang berterima.
7.         Ketidaktepatan bentuk kata
Contohnya, imbuhan pe- tidak mendapat bunyi apabila dilekatkan pada kata dasar berkonsonan /l/ atau /r/. Namun, saat ini banyak kita jumpai bentukan kata yang menyimpang (tidak tepat) dari aturan yang ada. Misalnya pengrusakan, perluasan, dan perlawatan.
8.          Ketidaktepatan makna
Jika sebuah kata tidak dipahami maknanya, pemakaiannya pun mungkin tidak akan tepat. Hal itu akan menimbulkan keganjilan, kekaburan, dan salah tafsir.
9.           Pengaruh bahasa daerah
Banyak kata dari bahasa daerah masuk ke dalam bahasa indonesia. Kata-kata bahasa daerah yang sudah diserap ke dalam bahasa indonesia tidak menjadi masalah jika digunakan dalam pemakaian bahasa indonesia sehari-hari. Akan tetapi, bahasa daerah yang belum berterima dalam bahasa indonesia perlu dihindari penggunaannya, karena akan menimbulkan kalimat tersebut menjadi tidak efektif.
10.     Pengaruh bahasa asing
Akhir-akhir ini pengaruh bahasa inggris sangat besar. Beberapa kata yang berasal dari bahasa inggris sering dipakai selain kata kata dari bahasa indonesia yang searti dengan kata-kata itu. Terkadang, sering kita melihat bahwa orang indonesia seolah keranjingan menggunakan kata asing terlebih dalam berpidato,  sampai-sampai tidak dipikirkan lagi bhawa yang mendengarkan pidato itu, mungkin tidak dapat lagi memahami bahasa yang dipakai oleh orang yang sedang berpidato.

Berikut disajikan beberapa contoh kalimat efektif dan kalimat tidak efektif yang diambil dari sebuah skripsi.
1.           Kalimat efektif
a.    Penulis (S) dilahirkan (P) di Sukabumi pada tanggal 25 Juni 1994 (K).
b.  Penulis (S) bertempat tinggal (P) di Jl. Raya Cikalong Kab. Tasikmalaya (K).
c.   Penulis (S) menyadari (P) bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini (O).

Kalimat-kalimat (1, 2 dan 3) merupakan kalimat efektif karena kalimat tersebut mempunyai unsur-unsur kalimat yang lengkap (gramatis) dan informasi yang disampaikan dari kalimat tersebut dapat dipahami oleh pembaca secara jelas.

2. Kalimat tidak efektif
a.    Anak pertama dari dua bersaudara (P).

Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak memiliki subjek (S).

Perbaikan
Penulis (S) merupakan (P) anak pertama dari dua bersaudara (Pel).

b.    Anak perempuan dari pasangan bapak mukholik, S.Pd, Msi dan Ibu Rohayati (P).

Kalimat tersebut tidak efektif karena tidak memiliki subjek (S)

Perbaikan
Penulis (S) merupakan (P) anak perempuan dari pasangan bapak Mukholik, S.Pd, Msi dan Ibu Rohayati (Pel).

c.    (Kemudian) penulis (S) melanjutkan (P) ke perguruan tinggi pada tahun 2009 di Universitas Pendidikan Indonesia dengan mengambil jurusan pendidikan fisika (K).

Kalimat tersebut tidak efektif karena terdapat dua gagasan utama, objek tidak jelas dan terdapat kemubaziran kata. Gagasan utama yang pertama yaitu penulis melanjutkan ke perguruan tinggi pada tahun 2009 di Universitas Pendidikan Indonesia. Gagasan utama yang kedua yaitu penulis mengambil jurusan pendidikan fisika. Kemubaziran kata pada kalimat tersebut yaitu adanya dua frasa yang memiliki makna yang hampir mirip. Frasa tersebut yaitu perguruan tinggi dan Universitas Pendidikan Indonesia.

Perbaikan
(Kemudian) penulis (S) melanjutkan (P) pendidikan (O) ke Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2009 (K). Penulis (S) memilih (P) jurusan pendidikan fisika (O).

Kalimat efektif berbeda dengan kalimat gramatis. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Salah satu syarat kalimat efektif adalah memiliki kelengkapan unsur-unsur kalimat, sekurang-kurangnya memiliki subjek dan predikat. Maka dari itu, sudah jelas bahwa kalimat efektif merupakan kalimat gramatis. Namun, kalimat gramatis belum tentu efektif. Kalimat gramatis hanya mementingkan kelengkapan unsur-unsur kalimat tanpa melihat kelogisan kalimat tersebut.

Daftar Pustaka
Putrayasa, IB. (2009). Kalimat efektif: diksi, struktur, dan logika. Bandung: Refika Aditama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar