NASKAH DRAMA SUARA-SUARA
MATI KARYA MANUEL
VAN LOGGEM:
Analisis Psikologis Tokoh Suami
oleh:
Elsan Nasrillah
Abstrak
Naskah
Drama Suara-suara Mati merupakan naskah
drama terjemahan karya Manuel Van Loggem. Naskah drama ini memiliki kualitas psikologis yang begitu kuat. Masalah yang dibahas dalam tulisan ini adalah: bagaimana aspek psikologis
tokoh Suami dalam hubungannya dengan tokoh-tokoh lain dan faktor-faktor yang
melatarbelakangi munculnya aspek psikologis tersebut. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Metode
yang digunakan
adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan
mendeskripsikan dan menganalisis karya sastra yang menjadi objek kajian psikologis,
sehingga dapat ditemukan aspek-aspek psikologis yang terdapat dalam naskah
drama tersebut. Hasil pembahasan menemukan bahwa tokoh suami dalam naskah drama Suara-suara Mati ini memiliki kualitas psikologis yang kuat.
Kata Kunci:
tokoh Suami, psikologi sastra, naskah
drama Suara-suara Mati.
I.
PENDAHULUAN
Drama merupakan sebuah karya
sastra yang mempunyai karakteristik dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan
dimensi seni pertunjukan. Baik dimensi sastra maupun dimensi seni pertunjukan
keduanya sama sama merupakan sebuah karya sastra. Pada dasarnya, meskipun
sebuah karya sastra berbentuk fiksi tapi tetap karya sastra adalah tiruan dari
kehidupan nyata. Cerita yang dikemas oleh pengarang tidak terlepas dari
pengalaman yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Karya sastra dapat menjadi
gambaran kehidupan melalui tokoh-tokoh dalam ceritanya.
Karya sastra merupakan salah satu
gejala kejiwaan karena karya sastra yang merupakan hasil dari proses kreatif
pengarang yang secara sadar atau tidak sadar menggunakan teori psikologi.
Tokoh-tokoh dalam karya sastra menggambarkan tingkah laku yang sesuai dengan segi
kehidupannya. Dari tingkah laku tersebut dapat dilihat gejala-gejala kejiwaan
yang berbeda antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Demikian juga halnya dengan naskah drama Suara-suara
Mati karya Manuel Van Loggem.
Pada
dasarnya penelitian ini mengacu pada penelaahan aspek psikologis tokoh Suami
dalam hubungannya dengan tokoh-tokoh lain.
II.
KAJIAN TEORI : PSIKOLOGI SASTRA
Menurut Endraswara (Rejo, 2012) psikologi sastra
merupakan kajian yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan. Psikologi
sastra merupakan ilmu yang dapat digunakan untuk membaca dan
menginterpretasikan karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kejiwaan,
baik kejiwaan pengarang, tokoh dalam cerira, maupun pembaca.
Kajian psikologi sastra bertujuan untuk memahami aspek-aspek
kejiwaan yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Karya sastra lahir dari
masyarakat. Pengarang hidup di tengah-tengah masyarakat dan pengarang
menciptakan karya sastranya termasuk tokoh yang ada di dalamnya sebagai
proyeksi dari masyarakat.
Pada kajian ini akan fokus menggunakan teori
psikoanalisis yang dicetuskan oleh sigmund freud. Freud mengembangkan konsep id, ego dan superego sebagai struktur kepribadian. Hal ini dijelaskan Wiyatmi (2011, hlm. 11) sebagai berikut:
”Id berkaitan dengan ketidaksadaran
yang merupakan bagian yang primitif dari kepribadian. Kekuatan yang berkaitan
dengan Id mencakup insting seksual dan insting agresif. Id membutuhkan
pemenuhan dengan segera tanpa lingkungan realitas secara objektif. Freud
menyebutnya sebagai prinsip kenikmatan. Ego sadar akan realitas. Oleh karena
itu, Freud menyebutnya prinsip realitas. Superego mengontrol mana perilaku yang
boleh dilakukan, mana yang tidak. Oleh karena itu Freud menyebutnya prinsip
moral”.
Berdasarkan uraian di atas, analisis naskah drama Suara-suara Mati dengan menggunakan teori psikologi sastra dilakukan
dengan cara mendeskripsikan bagaimana aspek kejiwaan yang dialami tokoh Suami. Teori Psikologi
sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Psikoanalisis Sigmund Freud.
III.
PEMBAHASAN:
PSIKOLOGI TOKOH SUAMI DALAM NASKAH DRAMA SUARA-SUARA MATI
a.
Aspek Psikologis Tokoh Suami
dalam Naskah Drama Suara-Suara Mati
Berdasarkan Teori Kepribadian Sigmund Freud
Tokoh Suami merupakan
seorang laki-laki tua. Ia mempunyai seorang Istri yang perbedaan usianya
terlampau jauh dengan Suami. Istri masih sangat muda. Usia Suami adalah dua
kali umur Istri. Keduanya telah menikah selama dua tahun. Ketika menikah Suami
dalam keadaan sehat, tapi saat ini ia sedang mengalami sakit lumpuh. Seperti tampak
pada kutipan berikut.
Istri : Tidakkah kau merasa sakit?
Suami : Bukan
main! Sekarang pun masih terasa.
Istri : Baiklah. Aku tolong kau.
Istri
menuntun Suaminya. Perlahan menuju kursi. Suami meletakkan tongkatnya.
Suami : Ambilkan
surat-surat yang mesti aku kerjakan sekarang. Ingin aku selesaikan sekali.
Istri : Tidakkah lebih baik kau tangguhkan saja?
Suami : Tidak!
Aku masih punya sisa semangat yang aku kumpulkan untuk berjalan-jalan tadi.
Sekarang ingin kuhabiskan.
Istri : Banyak yang dikerjakan?
Suami : Hanya
beberapa surat yang masih harus kutandatangani. Lainnya sudah kuselesaikan. (Istri
mengambil pulpen dari dalam saku baju Suaminya dan memberikannya pada tangan
kiri, kemudian dikeluarkan surat-surat dari dalam map)
…
Suami : (Tersenyum mengejek
campur iba) Kewajiban!? Seperti kita sudah kawin lama saja. Padahal baru
dua tahun. (Diam sejenak) Dulu aku
sehat. Cuma agak terlampau matang barang kali, di samping keremajaan yang masih
hijau. Tapi dulu aku mempunyai anggapan, bahwa orang membutuhkan dua umur
perempuan untuk mengisi umur laki-laki. Kiranya bagiku tak sampai memerlukan
perempuan kedua, sebab yang pertama saja sudah pusing jiwanya olehku.
Istri : Waktu kita kawin, aku tak menganggap kau tua.
Suami : Persis dua kali umurmu. Perkawinan kita
ini sudah menjadi rumusan ilmu pasti dengan hasil salah. Dua kali satu sama
dengan nol. (Naskah drama Suara-suara
Mati, Manuel Van Loggem)
Kutipan di atas menjelaskan bahwa
Suami Istri tersebut baru menikah dua tahun yang lalu. saat usia Suami dua kali
usia Istri. Saat menikah Suami masih dalam keadaan sehat. Kini Suami dalam
keadaan lumpuh. Tangannya susah untuk digerakan, terutama tangan kanan yang
benar-benar tak bisa digerakan. Namun, kakinya masih bisa digunakan untuk
berjalan meski harus menggunakan tongkat. Suami sering menyibukan hari-harinya
dengan menandatangani surat.
Pada awalnya keluarga tersebut
berjalan seperti keluarga pada umumnya. Mereka berdua mempunyai seorang Sahabat
yang merupakan seorang laki-laki dan usianya sama seperti usia Istri. Ketiganya
hidup bahagia. Sahabat sering berkunjung ke rumah Suami dan Istri. Hubungan persahabatan
mereka sudah tritunggal, sangat erat dan tak dapat terpisahkan.
Kedekatan antara Sahabat dengan Istri
terlihat seperti ada hubungan spesial di mata Suami. Kedekatan tersebut
pastinya akan membuat Suami merasa curiga. Suami yang berusia tua melihat Istri
yang dekat dengan Sahabat yang sama-sama muda akan terlintas perasaan cemburu,
takut kehilangan, dan akhirnya muncul pikiran bahwa ada hubungan gelap antara Istri
dan Sahabat. Pikiran tersebut muncul karena Sahabat yang seusia dan terlihat
lebih cocok dengan Istri.
Pikiran-pikiran buruk pasti terus
bermunculan dalam benak Suami seiring dengan bertambahnya kedekatan Istri dan Sahabat.
Suami pasti merasa dikhianati oleh Istri dan juga oleh Sahabat, hingga akhirnya
Suami merasa tersakiti.
Setahun yang lalu dan setahun
setelah pernikahan Suami dan Istri, mereka dikaruniai seorang anak. Kecurigaan Suami
semakin memuncak. Timbul pertanyaan dalam benak suami. Siapakah ayah dari anak
yang dilahirkan Istri? Anak dirinya atau justru anak tersebut adalah hasil
hubungan gelap antara Istri dan Sahabat.
Suami : Untunglah aku sudah membuat potret ini. Sekarang aku tak
dapat membuatnya lagi. Tanganku tak kuasa lagi memegang alatnya. Tapi potret
ini kubuat, dulu ketika anak ini baru lahir, belum dapat diketahui wajahnya,
belum dapat dikenal mirip siapa wajahnya…..
…
Suami : … Bangga bercampur takjub. Bangga karena kenyataan sekalipun
keadaanku begini, masih dapat punya anak. Boleh dikata suatu keajaiban.
Kelahiran dari cipta. Seperti dalam dunia wayang saja. Indrajid lahir karena
kekuatan cinta. (Naskah drama Suara-suara
Mati, Manuel Van Loggem)
Dari kutipan tersebut bisa
dilihat bahwa Suami tidak benar-benar percaya bahwa anak yang dilahirkan Istri
adalah anaknya. Anak tersebut belum terlihat wajahnya mirip dengan siapa. Dan
benar-benar suatu keajaiban yang besar bila anak yang dilahirkan istri itu
adalah anak dari Suami, karena keadaan Suami yang lumpuh kecil kemungkinan
untuk mempunyai seorang anak.
Suami tidak mengetahui apakah
hubungan gelap antara Istri dan Sahabat benar-benar terjadi atau tidak. Namun
menurut pemikiran Suami, hubungan gelap tersebut pasti telah terjadi. Suami
merasa benar-benar sudah disakiti dan dikhianati. Maka dalam diri Suami
timbullah id ingin balas dendam
terhadap perbuatan Istri dan Sahabat. Suami ingin agar Istri dan Sahabat
merasakan sakit yang Suami rasakan.
Id untuk balas dendam dalam diri Suami
sangat kuat sehingga dapat memengaruhi egonya.
Superego pada diri Suami adalah hati
nuraninya dan kesadaran bahwa orang yang menjadi target balas dendam adalah Istri
dan Sahabat yang selama ini hidup bahagia bersama Suami. Dan Suami memiliki
kesadaran secara normatif bahwa sebagai seorang Suami harus melindungi dan
menyayangi Istri.
Dalam diri Suami terjadi
pertentangan antara id dan superego. Id yang terlampau kuat tak bisa dikendalikan oleh superego. Keinginan Suami untuk balas
dendam sangat besar, sehingga tak bisa dikalahkan oleh rasa sayangnya terhadap Istri.
Rasa sayang Suami pada Istri berkurang karena keyakinan Suami bahwa Istri telah
mengkhianati Suami, juga keyakinan bahwa Istri telah berhungan gelap dengan Sahabat.
Id menang karena bisa mengendalikan
superego. Dalam hal ini ego yang muncul pada diri Suami yaitu Suami
melakukan tindakan balas dendam dengan memberikan tekanan-tekanan pada Istri.
Suami : Aku
hanya ingin menolongmu. Tapi untuk itu perlu berterus terang, yang
disembunyikan akan menjadi busuk. Aku ingin menyembuhkan.
Istri : Aku tidak sakit, Pak…
Suami : (Perlahan,
tetapi dengan tekanan) Kau dengar lagi anak menangis?
Istri : Tidak! Tidak!
Istri : Tidak! Tidak!
Suami : Jangan
disembunyikan, aku ingin menolongmu. Waktu berjalan terus tanpa kata. Apa yang
sudah lalu kau dengar sekarang. Kau ketinggalan sendiri di masa silam. Kau
harus mengejar kami. Jangan tinggal di sana. Anak itu sudah mati, sudah lebih
dari satu tahun.
Istri : Jangan usik soal itu lagi!
Suami : Kau
sudah ketinggalan waktu lebih dari satu tahun
Istri : Aku dengar tangis anak itu. Aku bersumpah! Aku
dengar!
Suami : Yang
baru-baru ini kau pungkiri juga. Setelah lama barulah kau mengaku. Itu bagus
sekali. Tandanya kau sadar akan kesendirianmu. Sendirian dalam waktu, dengan
kenangan sebagai dunia sekitarmu. Kau harus lekas-lekas kembali, sebab kami terus
maju. Jarak waktu antara kau dan kami semakin jauh.
Istri :
(Kehabisan
tenaga) Sudahlah! Sudah! Aku tidak mendengar. (Naskah drama Suara-suara Mati, Manuel Van Loggem)
Berdasarkan kutipan di atas dapat
diketahui bahwa Suami menekan Istri agar mau berterus terang mengenai sesuatu
yang Suami yakini bahwa Istri belum mau berterusterang pada Suami. Sesuatu
mengenai hubungan antara Istri dan Sahabat. Suamipun sering menekan Istri
dengan hal-hal yang berkaitan dengan anaknya.
Istri sering mendengar suara anaknya
yang sedang menangis. Pada awalnya Suami yang mengatakan mendengar suara
tersebut pada Istri. Hingga akhirnya Istri terbayang-bayangi oleh suara
tersebut. Sebernarnya Suami tak pernah benar-benar mendengar suara tersebut.
Itu hanya salah satu cara Suami untuk menakut-nakuti sang Istri. Seperti yang
tampak pada kutipan berikut.
Istri : Ya. Tangis anakku, anakku yang telah mati (Seraya
menunjuk Suaminya) Dia, dialah yang memeringatkan aku terhadap suara
itu. Dialah yang mula-mula mendengar tangis itu, kemudian disampaikan kepadaku.
(Diam sejenak) Kemudian datanglah kesangsian itu, kemudian suara itu.
Suami : Kasihan.
(Pada Sahabat) Tidak benar! Tidak benar, bahwa aku yang mulai mendengar
suara itu. Itu hanya angan-angan saja. Tak dapat disesali dia. (Naskah drama Suara-suara Mati, Manuel Van Loggem)
Dalam kutipan di atas terlihat
bahwa Istri selalu mendengar anak menangis karena Suami yang memberitahukan
mengenai suara itu. Tapi saat berbicara pada Sahabat, Suami tak mengakui bahwa
ia pernah mendengar suara menangis. Itu hanya angan-angan saja.
Untuk memenuhi id dalam dirinya, Suami juga sering
menekan Istri dengan mengingatkan Istri pada anaknya, seperti yang terlihat
pada kutipan di bawah ini.
Suami : … Bukankah kata Dokter, anak itu mati karena mukanya
telangkup ke bantal?
Istri : Aku harap jangan bicarakan itu lagi!
Suami : Begitu kata Dokter, bukan?
Istri : Ya!
Suami : Tak seorangpun dapat berbuat apa-apa. Tak seorangpun
bersalah!
Istri : (Tak bernada) Tak
seorangpun. (Naskah drama Suara-suara
Mati, Manuel Van Loggem)
Dalam melancarkan aksi balas
dendam, Suami memosisikan diri bukan sebagai dirinya melainkan sebagai orang
lain, dalam hal ini sebagai Sahabat. Suami seakan bisa membaca pikiran Istri
dan Sahabat. Hal itu terlihat dari surat-surat tanpa identitas yang dikirimkan Suami
pada Istri. Namun, Istri malah mengira yang mengirim surat adalah Sahabat.
Menurut Istri orang yang mengetahui tentang isi dari surat tersebut hanyalah Sahabat.
Istri : Bersamaan waktunya dengan itu datanglah surat-surat itu,
surat-surat yang berisi tuduhan. Surat dari satu-satunya orang yang sebenarnya
dapat menolong aku. Surat dari kau! Oh, alangkah kejamnya. Kejam! Bahwa
datangnya dari kau. Bahwa kau menuduhku!
Sahabat : Apa
yang telah kutuduhkan padamu?
Istri : Bahwa aku telah membunuh anakku (Sunyi senyap)
Sahabat : Itu
tidak benar!
.…
Suami : Apa isinya? (Sahabat
lama memerhatikan Suami dengan pandangan curiga).
Sahabat : (Geram) Kau pembunuh!
….
Suami : Kau salah baca. Sudah kusangka. Di sini tertulis “Ibu
Pembunuh”.
Istri : Aku? Oh, lain tidak?
Suami : Tidak.
Sahabat : (Kepada Istri) Mesti
ada yang mengetahui tentang anak kita. Ya, aku tak mau membisu lebih lama lagi
. Kau tahu, bahwa aku cinta padamu. Jadi tak mungkin aku yang menulis
surat-surat itu. Surat ini pun tidak! Aku tak berubah, aku tak menulis
surat-surat itu, percayalah! Percayalah! (Naskah drama Suara-suara Mati, Manuel Van Loggem)
Dalam kutipan di atas digambarkan
bahwa surat-surat yang dikirimkan Suami pada Istri benar-benar sesuai dengan
pikiran-pikiran Istrinya selama ini. Sehingga sang Istri menyangka bahwa Sahabatlah
yang menulis surat itu. Namun, ketika surat itu dibaca Sahabat, ia menyangka
bahwa Suamilah yang menulis itu. Di saat seperti itu, Sahabat terdorong
emosinya sehingga mengakui bahwa anak yang telah meninggal adalah anaknya. Hal
itu menunjukan bahwa dugaan Suami sebelumnya benar. Istri diam-diam berhubungan
gelap dengan Sahabat. Dalam waktu seperti itu, ego Suami mulai merasa menang karena mereka sudah mulai mengakui
kelakuan mereka waktu lalu di belakang Suami. Ego senang karena id
sudah mulai terpenuhi
Ketika Sahabat akan membawa Istri
pergi dari rumah Suami, Istri menolaknya Ia lebih memilih tetap tinggal bersama
Suami. Istri merasa masih punya tanggungjawab untuk mengurus Suami yang sedang
sakit. Dalam situasi seperti itu, Suami makin merasa senang karena
kemenangannya hingga ia lupa mengulurkan tangan kanannya pada Sahabat. Dari
sana terbongkarlah rahasia Suami bahwa sebenarnya Suami tidak lumpuh.
Kelumpuhan Suami hanya dijadikan alat untuk menyempurnakan aksi balas
dendamnya. Dan kelumpuhannya itu dijadikan sebagai alat persembunyian Suami,
karena dengan keadaan lumpuh Suami tak mungkin dicurigai apapun.
Suami : (Penuh kebencian dan
sombong atas kemenangan) Biar dirasakan siksaanku sebelum yang kalian
terima di neraka! (Naskah drama Suara-suara
Mati, Manuel Van Loggem)
Meskipun rahasia Suami telah
terbongkar, Suami tetap merasa senang karena id dalam diri Suami yaitu ingin balas dendam telah terpenuhi. Suami
telah mengetahui pengkhianatan yang dilakukan Istri dan Sahabatnya. Dan Suami
telah merasa cukup dengan siksaan yang Istrinya telah rasakan (bukan siksaan
fisik, tapi siksaan batin).
b.
Faktor-Faktor yang
Melatarbelakangi Munculnya Aspek Psikologis Tokoh Suami Dalam Naskah Drama Suara-suara Mati
Munculnya aspek psikologis pada
tokoh Suami dalam naskah drama Suara-suara
Mati dipengaruhi oleh beberapa faktor. Ada faktor yang berasal dari dalam
tokoh Suami itu sendiri dan ada pula faktor yang berasal dari lingkungannya.
Faktor-faktor tersebut diuraikan sebagai berikut.
1. Faktor biologis
Perbedaan usia Suami
dengan Istri dan Sahabat membuat Suami tidak percaya diri. Perbedaan usia
tersebut menyiksa batin Suami. Ia merasa takut kehilangan Istrinya karena Istri
terlihat lebih cocok dengan Sahabat. Hal itulah yang pertama kali memunculkan
kecurigaan-kecurigaan dalam diri Suami terhadap Istri dan Sahabat.
2. Faktor sosial
Faktor sosial yang
menyangkut status sosial dalam keluarga. Dalam hal ini status tokoh Suami
sebagai seorang Suami dan tuan rumah yang seharusnya mendapatkan penghormatan.
Tapi yang terjadi adalah Istri dan Sahabat semakin dekat. Di antara mereka
bertiga sudah tak terlihat lagi mana orang yang berstatus tamu dan mana orang
yang berstatus tuan rumah, karena memang mereka sudah sangat akrab. Bahkan persahabatannya
sudah tritunggal. Sehingga Suami merasa harga dirinya sebagai Suami dan tuan
rumah berkurang.
3. Faktor Psikososial
Kedekatan Istri
dan Sahabat sedikit banyak mempengaruhi kejiwaan Suami. Dan Suami sudah merasa
bahwa ada hubungan gelap di antara Istri dan Sahabat. Hal tersebut membuat
batin Suami tidak tenang. Hal itu jugalah yang mendorong Suami mencari cara
untuk melakukan balas dendam kepada Istri dan Sahabat.
4. Faktor emosi
Suami merasa kesal
dan dikhianati oleh Istri dan Sahabat. Maka Suami mengungkapkan kekesalan dan
kebenciannya dengan memberikan tekanan-tekanan batin pada Istrinya.
IV.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan
pada bagian sebelumnya dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
- Naskah drama Suara-suara Mati merupakan naskah darama terjemahan. Pada naskah diceritakan tentang seorang suami yang pura-pura lumpuh untuk membalaskan dendamnya pada istri dan sahabat. Pada naskah ini juga dijelaskan bagaimana tekanan batin yang dirasakan istri.
b. Berdasarkan teori psikoanalisis
yang dikembangkan oleh Sigmund Freud yang membagi sistem kepribadian menjadi 3
yaitu id, ego, dan superego. Dapat
disimpulkan bahwa aspek psikologis dari tokoh
Suami sangat kuat. Aspek ego
dari Suami dapat memenuhi id Suami
yang besar. Namun, superego dari
Suami belum bekerja secara maksimal untuk mengendalikan id dari Suami. Hal tersebut menunjukan bahwa meskipun Suami
merupakan seseorang yang harus menjaga dan menyayangi Istri, tetapi Suami tetap
manusia biasa yang tidak bisa menerima dan diam saja jika dikhianati oleh
seorang Istri.
- Munculnya gejala psikologis pada tokoh Suami dalam naskah drama Suara-suara Mati ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut yaitu faktor biologis, faktor sosial, faktor psikososial, dan faktor emosi.
DAFTAR PUSTAKA
Naskah drama Suara-suara Mati, Manuel Van Loggem
Rejo, U. (2012). Teori psikologi sastra ala Sigmund Freud.
[Online]. Tersedia pada http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/teori-psikologi-sastra-ala-sigmund-freud.
Wiyatmi. (2011). Psikologi sastra: teori dan aplikasinya.
Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Kalau untuk tokoh istrinya ada gak?
BalasHapus